Selamat Membaca

Selasa, 30 Agustus 2011

MASJID-MASJID UNIK YANG ADA DI INDONESIA

Masjid merupakan tempat ibadah bagi umat Islam. Di Indonesia sendiri terdapat banyak sekali Masjid yang semua itu memiliki bentuk yang berbeda-beda antara Masjid satu dengan yang lainnya.
Diantara masjid-masjid tersebut, ada beberapa masjid yang bangunannya itu sangat unik dan menarik untuk dilihat.

Dan berikut beberapa Masjid unik yang ada di Indonesia yaitu :



1. Masjid Muhammad Cheng Hoo, Surabaya


Masjid Cheng Hoo Surabaya adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi di Jalan Gading, Ketabang, Genteng, Surabaya atau 1.000 m utara Gedung Balaikota Surabaya. Masjid ini didirikan atas prakarsa para sespuh, penasehat, pengurus PITI, dan pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Indonesia Jawa Timur serta tokoh masyarakat Tionghoa di Surabaya. Pembangunan masjid ini diawali dengan peletakkan batu pertama 15 Oktober 2001 bertepatan dengan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Sedangkan pembangunannya baru dilaksanakan 10 Maret 2002 dan baru diresmikan pada 13 Oktober 2002.

Masjid Cheng Hoo, atau juga dikenal dengan nama Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya, tidak berbentuk seperti mesjid pada umumnya karena dibuat dengan arsitektur khas Tiongkok. Bangunan masjid ini menyerupai kelenteng (rumah ibadah umat Tri Dharma), gagasan ini untuk menunjukkan identitas sebagai muslim Tionghoa di Indonesia dan untuk mengenang leluhur warga Tionghoa yang mayoritas beragama Buddha.

Rancangan awal Masjid Muhammad Cheng Hoo di Surabaya diilhami dari bentuk Masjid Niu Jie di Beijing yang dibangun pada tahun 996 Masehi. Masjid ini dibangun dengan konsep tanpa pintu sebagai simbol keterbukaan. Siapa pun, dari etnis apapun, berhak menggunakan masjid ini untuk beribadah. Masjid ini diharapkan dapat menjembatani segala perbedaan dalam masyarakat Indonesia.
 
Secara keseluruhan Masjid Muhammad Cheng Hoo berukuran 21 x 11 meter, dengan bangunan utama 11 x 9 meter. Pada sisi utara dan selatan bangunan utama terdapat bangunan pendukung yang lebih rendah daripada bangunan utama. Bagian atas dari bangunan utama bertingkat 3 dari pengaruh Hindu Jawa. Bentuknya menyerupai pagoda, berbentuk segi 8 (pat kwa). Angka 8 dalam bahasa Tionghoa disebut Fat yang berarti jaya dan keberuntungan. Anak tangga di bagian serambi masjid berjumlah 5, representasi rukun Islam. Sedangkan anak tangga di bagian dalam masjid berjumlah 6, representasi rukun iman.

Gedung ini terletak di areal komplek gedung serba guna PITI (Pembina Imam Tauhid Islam) Jawa Timur Jalan Gading No.2 (Belakang Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa), Surabaya. Masjid ini didominasi warna merah, hijau, dan kuning. Ornamennya kental nuansa Tiongkok lama. Pintu masuknya menyerupai bentuk pagoda, terdapat juga relief naga dan patung singa dari lilin dengan lafaz Allah dalam huruf Arab di puncak pagoda. Di sisi kiri bangunan terdapat sebuah beduk sebagai pelengkap bangunan masjid. 
Mesjid ini tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai salah satu masjid terunik.

Selain Surabaya di Palembang juga telah ada masjid serupa dengan nama Masjid Cheng Ho Palembang atau Masjid Al Islam Muhammad Cheng Hoo Sriwijaya Palembang.

2. Masjid An-Nurumi, Yogyakarta

Masjid An Nurumi merupakan masjid kecil tempat ibadah umat muslim yang terletak di tepi jalan Jogja-Solo km 15, Candisari Kalasan Yogyakarta dengan arsitektur cukup unik. Kubah atapnya mirip bangunan di Moscow, Russia. Kubahnya berbentuk aneh dan berwarna-warni. Mesjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Kremlin.
Ada juga yang menjuluki Masjid Permen, sebab kubahnya warna-warni mirip permen lolipop. karena unik, menarik dan warna-warni kubahnya banyak orang yang melintasi singgah dimasjid ini hanya untuk sekedar ingin memenuhi keingintahuan mereka bangunan apakah itu.

Kalau diamati memang kubah-kubahnya mirip sekali dengan arsitektur gaya istana Saint. Basil cathedral yang di Kremlin, namun hanya kubahnya saja yang mengadapatasi kubah gaya moscow, bangunan di dalamnya seperti masjid pada umummnya yang memiliki mimbar bergaya jawa.





3. Masjid Menara Kudus

Masjid Menara Kudus terletak di desa Kauman, kecamatan Kota, kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Masjid ini adalah perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu.

Masjid Menara Kudus disebut juga sebagai mesjid Al Aqsa dan Mesjid Al Manar adalah mesjid yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 Masehi atau tahun 956 Hijriah. Hal ini terlihat dari batu tulis yang terletak di Pengimaman masjid, yang bertuliskan dan berbentuk bahasa Arab, yang sukar dibaca karena telah banyak huruf-huruf yang rusak.Batu itu berperisai, dan ukuran perisai tersebut adalah dengan panjang 46 cm, lebar 30 cm. Konon kabarnya batu tersebut berasal dari Baitul maqdis ( Al Quds ) di Yerussalem - Palestina. Dari kata Baitul maqdis itulah muncul nama Kudus yang artinya suci, sehingga masjid tersebut dinamakan masjid Kudus dan kotanya dinamakan dengan kota Kudus.

Keunikan dari bangunan masjid ini adalah menara berbentuk candi bercorak Hindu Majapahit. Bentuk arsitekturalnya yang sangat khas untuk sebuah menara masjid itulah yang menjadikannya begitu mempesona.
Menara Kudus itu tingginya kira-kira 17 meter, di sekelilingnya dihias dengan piringan-piringan bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah banyaknya. 20 buah diantaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sedang 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Dalam menara ada tangganya yang terbuat dari kayu jati yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M. Tentang bangunannya dan hiasannya jelas menunjukkan hubungannya dengan kesenian Hindu Jawa. Karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian : (1) Kaki (2) Badan dan (3) Puncak bangunan. Dihiasi pula dengan seni hias, atau artefix ( hiasan yang menyerupai bukit kecil ).

Masjid Menara Kudus ini terdiri dari 5 buah pintu sebelah kanan, dan 5 buah pintu sebelah kiri. Jendelanya semuanya ada 4 buah. Pintu besar terdiri dari 5 buah, dan tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayu jati ada 8 buah. Namun masjid ini tidak sesuai aslinya, lebih besar dari semula karena pada tahun 1918 - an telah direnovasi. Di dalamnya terdapat kolam masjid, kolam yang berbentuk "padasan" tersebut merupakan peninggalan jaman purba dan dijadikan sebagai tempat wudhu. Masih menjadi pertanyaan sampai sekarang, apakah kolam tersebut peninggalan jaman Hindu atau sengaja dibuat oleh Sunan Kudus untuk mengadopsi budaya Hindu. Di dalam masjid terdapat 2 buah bendera, yang terletak di kanan dan kiri tempat khatib membaca khutbah. Di serambi depan masjid terdapat sebuah pintu gapura, yang biasa disebut oleh penduduk sebagai "Lawang kembar", konon kabarnya gapura tersebut berasal dari bekas kerajaan Majapahit dahulu, gapura tersebut dulu dipakai sebagai pintu spion.



 
4. Masjid bawah tanah Taman sari



Masjid ini berada di kompleks situs Taman Sari, Yogyakarta. Sesuai dengan namanya, masjid ini letaknya berada di bawah tanah. Masjid Tamansari dibangun pada paruh pertama abad lalu. Masjid ini memiliki arsitektur yang unik.

Masjid bawah tanah ini terdiri atas dua lantai berbentuk bulat dengan rongga- rongga jendela di bagian luarnya. Lantai bawah dipakai untuk jamaah wanita, lantai atas untuk jamaah pria. Di setiap lantai dapat kita temui lubang tempat imam memimpin ibadah. Lantai atas dan lantai bawah terhubung oleh lima buah tangga yang saling terhubung dan dibawahnya terdapat sebuah kolam kecil berbentuk bulat di tengah masjid serta tangga yang melintang di atasnya yang konon kolam itu digunakan untuk berwudhu oleh para jemaah namun kini kolam tersebut telah ditutup.

Untuk memasuki masjid ini kita hanya dikenakan biaya sukarela saja.



5. Masjid Pintu Seribu


Nama aslinya Masjid Nurul Yakin, atau lebih dikenal dengan sebutan masjid Sewu (seribu) memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan masjid lainnya karena mesjid ini memiliki seribu pintu. Masjid seribu ini menjadi salah satu tempat paling menarik bagi wisatawan. Lokasinya di Kampung Bayur, Priuk Jaya, Jatiuwung, Kabupaten Tangerang, Banten. Cukup mudah dijangkau dengan mobil. Hanya beberapa menit dari pusat Kota Tangerang.
Disebut Masjid Pintu Seribu karena memiliki begitu banyak pintu. Bahkan, pengelola masjid pun tidak tahu persis berapa jumlah pintu yang ada. Karena mereka tidak pernah menghitung jumlah pintu yang ada di masjid itu.

Dari segi usia, masjid ini tergolong muda. Didirikan sekitar tahun 1978. Pendirinya seorang warga keturunan Arab yang warga sekitar menyebutnya dengan Al-Faqir. Semua pembiayaan ia tanggung sendiri. Sebagai penghormatan, warga sekitar memberinya gelar Mahdi Hasan Al-Qudratillah Al-Muqoddam. Kabarnya, Al-Faqir juga sedang membangun masjid serupa di Karawang, Madiun, dan beberapa kota lain di Indonesia.
Pembangunan masjid ini bahkan tidak memakai gambar rancang. Tidak ada disain dasar yang bisa menampilkan corak arsitektur tertentu. Ada pintu-pintu gerbang yang sangat ornamental mengikuti ciri arsitektur zaman Baroque, tetapi ada juga yang bahkan sangat mirip dengan arsitektur Maya dan Aztec.
Sekarang, bangunan mesjid ini sudah mencapai luas sekitar satu hektar. Diharapkan akan semakin banyak warga kampung mewakafkan tanahnya untuk memperluas bangunan mesjid di masa datang.

Di beberapa pintu, tampak ornamen dengan angka 999. Menurut Pak Karim, salah seorang pengurus, angka itu merupakan simbolisasi asma Allah. Di antara pintu-pintu masjid terdapat banyak lorong sempit dan gelap yang menyerupai labirin. Di ujung lorong ada beberapa ruang berukuran sekitar 4 kali 3 meter persegi. Ruang-ruang diberi nama, antara lain, Fathulqorib, Tanbihul-Algofilin, Safinatul-Jannah, Fatimah, dan lain-lain.

Salah satu ruang bawah tanah itu ada yang agak luas. Di sini terdapat sebuah tasbih superbesar dari kayu. Garis tengah masing-masing butir tasbihnya sekitar 10 sentimeter. Atau sekitar kepalan orang dewasa. Ruang ini biasa dipakai Al Faqir untuk berzikir.
Biasanya, pemandu sengaja mematikan lampu di ruangan itu, dan mengajak yang hadir untuk membayangkan saat-saat di alam kubur yang begitu sempit, pengap, dan gelap. Kemudian ia mengajak berdoa bersama dalam keheningan dan kegelapan.

Semua lorong-lorong itu akhirnya menuju sebuah ruang terbuka yang mirip stadion sepak bola. Di tempat inilah dilakukan shalat berjamaah.



6. Masjid Perahu

Masjid yang terletak di sebuah gang kecil yang terapit oleh Apartemen Casablanca, Jakarta ini aslinya bernama Al Munada Darrusalam. Lantaran dipayungi dua gedung pencakar langit Casablanca Mention dan sebuah apartemen lain, membuat Masjid Perahu yang dikelilingi pohon besar dan rindang ini terasa nyaman dan sejuk. Bahkan suara lalu lalang kendaraan lenyap tak terdengar.

Selain lokasinya yang ‘tidak wajar’, masjid ini memiliki beberapa keunikan, salah satunya bangunan kokoh berbentuk perahu, atau lebih mirip kapal patroli. Bangunan perahu dari beton itulah yang membuat masjid ini disebut Masjid Perahu.
Ide pembuatan bangunan perahu itu lahir dari pendiri masjid, KH Qosim Abdurrahman Maksum. Sesepuh Nahdlatul Ulama DKI ini biasa disapa Kyai Maksum. Semula Kyai Maksum membangun sebuah musholla sekitar tahun 1963 diatas tanah wakaf  seluas 1.500 meter. Bangunan musholla seluas 6 x 8 meter yang masih utuh itu kini menjadi bangunan utama masjid. Persis di belakang masjid berdiri kokoh bangunan perahu dua lantai. Lantai atas digunakan sebagai ruang rapat atau tempat menginap tamu dari luar kota, sementara di lantas dasar ada tempat wudhu dan ruang kholwat untuk semedi.

Setelah Kyai Maksum wafat, tanggung jawab mengurus masjid dipegang adik kandungnya, KH. Mahmud Yunus. Menurut cerita, bangunan perahu diibaratkan scbagaf penyelamat kaum muslim yang dahulunya dijadikan transportasi Nabi Nuh dalam menyelamatkan umatnya dari peristiwa air bah.

Di dalam ruang utama, berdiri tegak empat tiang penyangga ayng diartikan sebagai empat sifat nabi Muhammad. Keempat tiang itu  terbuat dari kayu jati berdiameter kira-kira 60-an cm. Dua pilar belakang terbuat dari gelondongan kayu utuh tanpa sentuhan pahat.
Sedangkan dua di depan terbuat dari potongan-potongan kayu jati yang disatukan dan diukir dengan ukiran Arab. Tiang depan bagian kanan bertuliskan Asmaul Husna, sementara tiang depan kirinya bertuliskan nama-nama baik Nabi Muhammad.

Bagian depan masjid dibuat sangat istmewa. Ukiran kaligrafi menghias seluruh mimbar, sedangkan lantai tempat imam sholat dibuat khusus beralaskan batu pualam yang dilapisi kaca transparan mirip akuarium.
Di sisi luar bangunan utama berdiri tegak lima tiang penyangga, yang berarti jumlah rukun iman. Lantai bangunan utama dilapisi marmer, jamaah tidak perlu lagi menggunakan sajadah untuk sholat. Selain bersih, marmer itu terasa nyaman dan sejuk.

Kubah masjid ini berbentuk dua kerucut mirip tumpeng. Kubah menjulang itu dilapisi kayu sirap sehingga terkesan alami. Tepat diujung kubah ada miniatur pohon terbuat dari emas dan perak. Ada 99 helai daun  terbuat dari emas murni. Di masing-masing daun terukir asmaul husna, sementara batang dan rantingnya terbuat dari perak. Pohon emas itu ditutup kawat baja agar tidak mudah rusak tertiup angin atau dicuri orang.







7. Masjid Cipari

Masjid Cipari atau As-Syuro, adalah salah satu masjid tertua di Garut, Jawa Barat. Tepatnya berada di kawasan pesantren kuno yang telah berdiri sejak tahmi 1933 di Kampung Cipari, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut. Masjid dan pesantren yang dapat dimasuki dari jalan utama desa ini juga diberi warna sesuai dengan nama desanya, Cipari. Meskipun letaknya agak terpencil, masjid dan pesantren itu kini cukup terkenal di Kota Garut. 
Masjid ini sebenarnya telah berdiri sejak tahun 1895, tetapi dalam kondisi masih sangat sederhana. Sejak awalnya masjid ini telah berada di dalam kompleks pesantren dan dikelilingi hanya sekitar 20 rumah penduduk. Lalu pada tahnn 1933 masjid dibangun dan diperluas seiring dengan kemajuan pesat yang dialami pesantren. Pembangunannnya selesai pada tahun 1935 dengan luas bangunan lebih kurang 75 x 30 meter.

Bentuk bangunan mesjid ini cukup unik karena mirip bangunan gereja dengan bentuk bangunannya yang memanjang dengan pintu utama persis ditengah-tengah nampak muka bangunan, juga keberadaan menaranya yang terletak di ujung bangunan persis diatas pintu utama.

Yang juga menjadikan Masjid Cipari istimewa adalah adanya langgam art deco pada bangunan. Sejauh ini hampir tidak pernah dijumpai masjid kuno yang menggunakan langgam seperti itu di seluruh wilayah di Indonesia. Selain itu, langgam art deco ini berada pada bangunan di pelosok desa Cipari, Garut ini. Lain halnya bila langgam seperti ini marak di kota-kota di Jawa,
seperti Surabaya, Semarang, dan terutama Bandung. Bahkan Kota Bandung sempat dijuluki sebagai
surga bangunan bergaya art deco.
Masjid Cipari ini juga memiliki sejarah perjuangan, karena dahulu digunakan sebagai basis perjuangan rakyat dan tentara

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Meskipun dengan bentuk bangunan yang unik, semoga saja Masjid-masjid tersebut tetap bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya kegunaan dari masjid itu sendiri. Dan juga, masjid-masjid tersebut juga bisa tetap di pertahankan dan dijaga, supaya tetap menjadi situs peninggalan budaya Islam di Indonesia. Dan pastinya tetap ramai oleh para muslimin...

semoga bermanfaat... :)

Sumber-sumber:
http://indonesiatop.blogspot.com/2009/09/tujuh-mesjid-unik-di-indonesia.html
http://id.wikipedia.com
http://my80vity.blogspot.com
http://www.navigasi.net
http://detik.travel
http://www.eramuslim.com
http://cipari.multiply.com
gambar : searching di http://google.co.id



salam payuah!!! waningalah.blogspot.com

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung

 

padepokan abu-abu Copyright © 2015 -- Powered by jhorendra