Wajahku
pucat. Suaraku hilang. Dan aku hanya bisa tertunduk didepan pintu yang sedang
terkunci.
Tak
kuat lagi aku berteriak-teriak memanggil-manggil namamu, hampir tiga jam ku
gunakan seluruh tenagaku untuk berteriak didepan pintu, mengelilingi seisi rumah,
tak ada satupun yang keluar dari rumah yang penuh kenangan ini. Bahkan, jendela
yang jumlahnya sampai sekarang aku tak tau berapa, tak satupun yang terbuka.
Kosong.
Tiga
jam aku menunggu didepan pintu, ternyata penghuni rumah ini tak ada yang pulang
juga. Aku hanya bisa duduk di lantai, didepan pintu, sembari berharap
kekosongan ini akan segera berakhir.
Kemana
kau?
Serangga,
sarang laba-laba, debu, tanaman liar yang mulai meninggi, sudah berapa lama kau
tak pulang ke rumah? Atau, kau hanya sekedar ada di rumah ini tapi tak pernah
kau rawat?
Hei,
aku pulang.
Bolehkah
aku tau dimana kau sekarang? Atau sekedar ijinkan aku mengetahui keadaanmu hari
ini?
Maaf
jika aku melewatkan beberapa senja bersamamu. Sekarang lihatlah, aku duduk
ditempat pertama kali kita berangan-angan untuk membuat rumah disini, ya, aku
duduk di teras tempat kita dulu pernah menikmati senja berdua bersama secangkir
kopi kesukaanmu.
Tapi,
kau sekarang dimana? Tak sudikah kau merawat rumah ini lagi? Atau kau akan
biarkan rumah ini terkunci?
Hei,
aku disini, aku pulang.
jhorendra.
jhorendra.
2 comments:
wejyaan sangar ik, ternyata masih aktif nulis. salut salut...
Haha, mumpung masih ada waktu mbak :D
Posting Komentar