Selamat Membaca

Jumat, 17 Oktober 2014

Untuk Kumpulan Orang yang (Katanya) Apatis

"Orang-orang bertemu bukan karena kebetulan semata, tetapi karena memang ditakdirkan untuk bertemu"

Mundur jauh kebelakang kira-kira setahun silam entah pada tanggal berapa, sekelompok remaja yang mengaku sudah dewasa berkumpul di sebuah tempat yang baru bagi mereka, Balai Diklat Keuangan Yogyakarta, tempat pendidikan untuk mahasiswa/mahasisiwi STAN di Jogja.
Akan selalu menjadi hal yang istimewa bila berada di kota yang istimewa, Yogyakarta. 
Mereka adalah orang-orang yang hebat, atau sesekali boleh dibilang orang yang sedikit terganggu kejiwaannya. Orang-orang yang sudah "mapan" di Perguruan Tinggi ternama di Indonesia dengan jurusan yang kadang lebih mentereng dari nama kampusnya. Orang-orang yang ketika sudah lulus dilabeli dengan sebutan "sarjana". Orang-orang yang sudah merasakan gokilnya kuliah di kampus dengan sepatu, celana, baju, jaket penuh dengan berbagai brand terkenal , entah itu KW ataupun hanya sekedar grade ori, walaupun hanya merasakan ospek saja, atau kuliah 4 hari, 2 minggu, sampai ada yang sudah bisa dipanggil senior dengan embel-embel kuliah 2 semester, 4 semester bahkan ada yang sudah 6 semester, setahun lagi udah lulus, sarjana pula! Bisa dipanggil orang-orang yang terganggu kejiwaannya bukan?
Tapi, itulah istimewanya tempat ini, beberapa orang-orang yang terganggu kejiwaannya itu sudah menanggalkan semuanya, sudah melewati segalanya walaupun hanya untuk merasakan kampus, sebenernya sih kantor ya, kampus yang tak kalah istimewa dengan seragam hitam-putih-berdasi setiap memasuki wilayahnya, dengan program diploma satunya. Ya! Diploma Satu!
Standing Applause untuk rekan-rekan STAN Jogja 2013!

Oke, topik kali ini bukan ingin meng-underestimate-kan prodip satu. Hanya mereka yang tidak tau lah yang akan berpikir dua kali ketika bertanya "Kuliah dimana?" dan dijawab dengan "STAN, D-1 blablabla..." Dan sayangnya saya adalah orang yang sangat bangga dengan apa yang telah satu tahun ini saya jalani di Prodip 1 STAN Jogja. 

Memoriku kembali disebuah malam di kawasan Kaliurang, sekelompok orang-orang yang mengaku dewasa sedang duduk melingkar dan dihangati oleh 2 ikat kayu yang dibakar yang kemudian mereka sebut api unggun. Tau siapa mereka? Ya! Kelas Bea Cukai - C STAN BDK Yogyakarta 2013.

Coretan sederhana ini saya buat tentang secuil kisah yang terancang manis untuk kalian orang-orang yang (katanya) apatis, hei kelas BC-C!
Masih teringat secara jelas ketika kita duduk melingkar dan berkesempatan untuk saling berterima kasih dan memohon maaf. Semoga tak ada dendam atas keterbukaan yang sudah terungkap ya kawan.
Masih terngiang dalam telinga ketika kata apatis tiba-tiba menjadi trending topic di acara malam itu. Hei, sebenarnya kalian tidak benar-benar apatis, sesekali kita memang perlu hidup di dunia kita sendiri bukan? Hanya saja kita terlalu sibuk dengan dunia kita masing-masing sehingga tak terasa malam itu adalah malam perpisahan kita, setahun sudah kita bersama dan tiba-tiba kita berpisah tanpa pernah ada malam keakraban di awal.
Bukan ingin mengulangi apa yang pernah saya katakan malam itu, tapi hanya ingin sedikit berbagi rasa syukur pernah satu kelas dengan kalian, kelas BC-C yang sangat sangat saya banggakan. Terlalu memalukan memang saat ini saya menulis ini dengan karakter yang seperti ini. Berani bertaruh, kalian pasti tau apa yang ingin saya tuliskan. Ya! Maaf dan terima kasih!

Dua puluh delapan calon punggawa keuangan negara, diantaranya terdapat delapan gadis yang tak terlalu cantik, berkumpul di kelas yang sudah ditentukan ketua kelasnya oleh sang ketua sendiri. Kalian ingat kapan itu? Aku pun tak terlalu ingat, walaupun setahun itu waktu yang singkat, tapi ternyata banyak hal yang berubah selama setahun berada disini.
Tanpa kalian tau, banyak pelajaran yang bisa saya ambil selama setahun terakhir. Terima kasih telah sedikit menampar wajah saya dan mengingatkan bahwa dunia tak selalu menurut dengan apa yang kita inginkan. Maaf jika saya menjadi orang yang menutup diri. Kau tau kawan, saya tak cukup pandai memposisikan diri jika bertemu dengan orang baru. Saya tak cukup pe-de apakah orang-orang asing bisa menerima keberadaan saya. Hei, saya terlalu aneh dan rumit, kau tau. Jadi, maaf jika saya lebih suka diajak daripada datang dan berbicara panjang lebar agar kalian tau keberadaan saya.
Terima kasih telah sedikit mencubit pipi saya dan menyadarkan bahwa masih banyak karakter manusia di dunia ini, dan saya harus bisa menjadi orang yang lebih cair. Maaf jika saya lebih condong untuk "berteman" dengan orang yang mengakui keberadaan saya dan terkesan lebih memilah-milih teman. Tapi, tak seperti yang terlihat kawan, saya hanya tidak tau apa kelebihan saya sehingga sampai sekarang saya tak tau bagaimana mengatakan kepada orang yang merendahkan saya, "ini lho saya!". Maaf, saya tak cukup pandai berolahraga, saya tak cukup lihai memainkan bola futsal, atau melakukan pukulan keras saat voli. Bahkan sampai sekarang saya tak mempunyai cukup memori untuk mengingat chord lagu-lagu yang kalian suka, maaf saya terlalu cupu untuk tau lagu-lagu mancanegara yang masuk dalam tangga lagu billboard. Atau hanya sekedar menjadi orang yang gokil saja mungkin saya tak bisa. Jadi wajar jika saya tak terlalu kalian "perhatikan" keberadaan saya. Kau tau saya tak punya hape android sehingga tak bisa mengimbangi arah pembicaraan kalian ketika memainkan game, saya juga bukan orang yang suka dengan bus/truck yang bisa jadi bahan bercanda kalian, bahkan mungkin saya juga bukan orang yang realistis. Entah dari sisi mana kalian akan mengingat saya ketika sepuluh, dua puluh, atau berapa puluh tahun lagi ketika kita bertemu.
Tapi kawan, saya sangat berterima kasih bahwa kalian telah menerima saya berada di kelas yang jarang sekali main bareng ini.

Sayang sekali, setahun terlalu singkat untuk saya beradaptasi dengan kalian, ketika semua mulai terasa nyaman, takdir berkata lain. Dimensi waktu memang tak bisa diajak kompromi. Kita sudah harus memulai hidup kita masing-masing.
Terima kasih untuk perpisahan yang luar biasa. Penutupan dari pertemuan yang istimewa. Sayang, kita lulus tak lengkap dua puluh delapan. Semoga jalan yang diambil oleh dia adalah jalan yang terbaik untuknya, dan kita punya jalan kita sendiri, jalan yang terbaik untuk diri kita sendiri.
Terima kasih untuk satu tahun yang istimewa di kota yang istimewa. Terima kasih atas keringat, air mata, senyum, tawa, keceriaan, pertengkaran, emosi, lelah, dan semua yang pernah kita lewati bersama. Tak pernah ada penyesalan bahwa saya pernah berada satu kelas dengan kalian.

Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik. Semoga kita menjadi pribadi yang bisa menempatkan diri pada situasi yang tepat. Semoga kita menjadi pribadi yang tak malu mengucapkan maaf, tolong dan terima kasih. Semoga pesan-pesan malam itu, pesan dari dua puluh tujuh personil BC-C, jangan pernah dilupakan ya!

Maaf dan Terima kasih!
Adib, Aidil, Amel, Andre, Nana, Arba, Bagus, Brian, Danar, Dea, Mbak Dita, Seno, Ang, Galih, Hana, Faris, Ilham, Krishna, Hida, Hanif, Ole, Ridwan, Rizky, Tito, Vega, Yuda. Terima kasih telah bertahan dan berjuang bersama, maaf untuk hal-hal yang tidak berkenan selama setahun ini, Semoga persahabatan dan persaudaraan kita tetap terjaga.

Kenanglah sahabat, kita untuk selamanya....


"Jejak kecil langkah kita ini hanyalah awal dari perjalanan kita yang panjang. Teruslah melangkah kawan, jika kau lelah berhentilah sejenak dan ingatlah bahwa kita pernah memulai bersama disini, kita pernah berjuang bersama disini, kita telah banyak berkorban, jangan pernah kau sia-siakan dua puluh tujuh orang yang pernah berdo'a bersama untuk kesuksesan kita!"

Nice to know you!


jhorendra.

1 comments:

Unknown mengatakan...

ciee produktif menulis ni yee. lanjutkan !

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung

 

padepokan abu-abu Copyright © 2015 -- Powered by jhorendra